PENTAS BUDAYA NUSANTARA
Malam yang biasanya sunyi dan sepi di Desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen, berubah menjadi hingar bingar dan gegap gempita selama 2 malam berturut-turut dengan bunyi alunan musik dari berbagai daerah di Indonesia. Kecantikan dan ketampanan siswa-siswi yang menggunakan busana daerah disertai kemolekan, keluwesan, dan kegagahan mereka dalam menari didukung panggung dengan lighting yang gemerlap mempesonakan para penonton.
Pentas Budaya Nusantara merupakan ajang apresiasi bagi siswa bahkan masyarakat yang menonton. Pementasan yang ditampilkan berasal dari Sabang sampai Merauke baik berupa tarian maupun drama. Ada Tari Badindin, Tari Nusantara, Tari Banyumas seperti Baladewan, Lengger Banyumasan, Ebeg (Kuda Kepang), dan Capat-Cipit, serta garapan tari yang mengambil ceritera rakyat Indonesia seperti Dewa Ruci dan Roro Jonggrang. Bahkan ada yang menampilkan rebana dengan melantunkan puji-pujian dengan suara yang merdu. Tarian yang dibawakan umumnya menggunakan property yang permainannya sangat memukau penonton. Kegiatan ini memiliki manfaat yang sangat besar, karena para siswa yang berasal dari Banyumas dapat merasakan dan menampilkan tarian daerahnya sendiri dan daerah lain. Hal ini menambah kecintaan mereka terhadap budaya Nusantara.
KARNAVAL BHINEKA TUNGGAL IKA
Sabtu pagi, masyarakat berbondong-bondong memenuhi lapangan Desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen dan Sebagian bedar berbaris rapi di pinggir jalan. Sekitar pukul 09.00 WIB, yang ditunggu-tunggupun dimulai. 400 siswa-siswi menggunakan pakaian adat daerah yang ada di Indonesia seperti Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Irian, Aceh, dan lain sebagainya. Bahkan ada pula yang menggunakan barongsai. Mereka berbaris rapi sesuai urutan nomor undinya dengan memegang banner, perlengkapan, dan alat musik untuk menambah kemeriahan karnaval.
Selain 40 sekolah yang ikut sebagai peserta, karnavalpun diramaikan oleh Marching Band dari SMPN 2 Ajibarang, Kentongan dari SMPN 1 Ajibarang, serta Marching Band dari SMK Muhammadiyah 1 dan 2 Ajibarang. Mereka mengiringi peserta karnaval sehingga suasana semakin ramai dan mempesonakan penonton. Para peserta karnavalpun tidak kalah dalam mengambil hati para penonton dengan atraksi-atraksinya yang memukau sehingga penonton memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan yang meriah. Tanpa kenal lelah para peserta karnaval mengelilingi Desa Tumiyang dimulai start dari lapangan dan finish pun di lapangan.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa dan masyarakat, karena mereka jadi mengetahui pakaian-pakaian adat Nusantara. Dengan Karnaval Bhinneka Tunggal Ika seakan-akan seluruh suku berkumpul dan terwujudlah miniatur Indonesia di Jambore Kebangsaan Banyumas ini. (Purnomo)