Pembelajaran Daring Saat Pandemi Covid19
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid19) saat ini telah ada di 213 negara dengan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 2,9 juta orang dan jumlah kematian sebanyak 202 ribu jiwa (sumber WHO Data Last update: 27 April 2020). Kasus positif di Indonesia per 28 April 2020 berdasarkan data dari laman covid19.go.id, jumlah yang telah terkonfimasi positif sebanyak 9.511 orang dengan tingkat kematian sejumlah 773 jiwa (8,13%).
Pada saat yang sama di Kabupaten Banyumas jumlah penderita Covid19 positif sejumlah 42 orang dan terdapat kematian 3 jiwa
Tatanan dunia telah berubah drastis semenjak pandemi ini merebak ke seluruh penjuru dunia, dari keamanan, ekonomi, hingga sosial budaya. Jutaan pekerja pun sudah terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). International Monetery Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi global tumbuh minus diangka 3%.
Pada saat yang sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI saat ini tengah mengambil kebijakan “Belajar dari Rumah” bagi para peserta didik di semua satuan pendidikan. Masih banyak guru yang mengaku bingung mengelola pembelajaran jarak jauh. Disisi lain, banyak siswa dengan orang tua berpenghasilan rendah, terkendala biaya kuota internet, belum lagi tidak semua keluarga memiliki laptop/gawai yang memadai.
Dalam pandangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dampak krisis pandemi corona yang dialami sektor pendidikan bukan berarti pemerintah harus membuat kurikulum darurat corona seperti yang dikehendaki Mendikbud Nadiem Makarim. mengatakan bahwa kurikulum sekarang sebenarnya bisa diberdayakan untuk pembelajaran jarak jauh. Namun yang menjadi kendala, adalah kemampuan dan pemahaman tenaga pendidik, serta keterbatasan fasilitas. Guru belum memaksimalkan kurikulum dalam mengajar di sekolah.
Banyak bentuk dukungan yang dilakukan Kemendikbud, salah satunya dengan menayangkan pembelajaran melalui media televisi. Mulai Senin (13/04/2020) Kemendikbud berkolaborasi dengan TVRI guna meluncurkan program "Belajar dari Rumah" sebagai alternatif belajar di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim ingin memastikan bahwa dalam kondisi darurat seperti sekarang ini masyarakat terus mendapatkan kesempatan untuk melakukan pembelajaran di rumah, salah satunya melalui media televisi. Seperti dikutip laman Kemendikbud. Program Belajar dari Rumah merupakan bentuk upaya untuk membantu terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat di masa darurat Covid-19.
Selain materi pembelajaran untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga pendidikan menengah, Belajar dari Rumah juga menayangkan materi bimbingan untuk orang tua dan guru serta program kebudayaan diakhir pekan, yakni setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatan ini dirancang untuk 3 (tiga) bulan kedepan, dengan jadwal di hari Senin hingga Jumat digunakan untuk pembelajaran dengan total durasi tiga jam per hari untuk semua tayangan dengan toal tayangan sejumlah 720 episode. Selain itu ada juga program kebudayaan yang akan tayang pada hari Sabtu dan Minggu, dimana terdapat durasi tiga jam khusus untuk program-program kebudayaan, antara lain gelar wicara (talkshow), podcast, kesenian, dan magazine tentang perkembangan budaya dari seluruh Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Banyumas. Dinas Pendidikan telah menerapkan protokol kegiatan belajar mengajar guna memutus mata rantai penyebaran Covid19. Menurut Kepala Dinas Pendidikan, Irawati, salah satu kebijakan yang diterapkan adalah pembelajaran dari rumah dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), baik daring (dalam jaringan) maupun luring (luar jaringan).
Beberapa guru yang kreatif menayangkan pembelajaran secara online secara berkala melalui media Youtube Live Streaming seperti yang dilakukan oleh Yusep Kurniawan, guru dari SDN 2 Kedungurang Kecamatan Gumelar, dengan melibatkan guru-guru yang tergabung dalam relawan Guru Tanggap Corona,
Saat pandemi sekarang ini, umumnya guru berkomunikasi, memberikan materi dan mengoreksi mata pelajaran peserta didik dengan memanfaatkan laptop/gawai baik melalui SMS, WhastApp, aplikasi laman online hingga Youtube. Berubahnya pola ini bukannya tanpa masalah. Beberapa yang menjadi kendala adalah tidak semua peserta didik memiliki laptop/smartphone.
Masalah lain adalah keterbatasan akses internet, baik dari segi ketidakmampuan orang tua untuk membeli kuota (paket) internet maupun kondisi geografis dimana banyak daerah yang tidak terjangkau oleh layanan penyedia internet.
Kemdikbud telah berupaya memberikan solusi atas kondisi isi, salah satunya dengan memberlakukan Permendikbud Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendikbud Nomor 8 Tahun 2020 tentang Juknis BOS Reguler. Dalam permendikbud baru itu, diatur ketentuan bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bisa digunakan untuk membeli pulsa internet bagi guru dan siswa dalam mendukung pembelajaran dari rumah selama masa darurat Covid-19.
Namun dalam kenyataanya tidak semua wilayah di Banyumas dapat dijangkau oleh penyedia jasa internet atau dikenal dengan wilayah blank spot.
“Perlu adanya aplikasi pembelajaran yang bisa diakses secara offline melalui HP karena banyak sekolah yang berada di daerah susah sinyal”, ujar Suwandi, guru SDN 1 Kotayasa Sumbang, melalui pesan tertulisnya,
Hal senada juga disampaikan oleh Aprin Presetya Adi guru SDN 1 Limpakuwus yang berharap ada aplikasi yang bisa digunakan didaerah yang tidak ada sinyal internet.
Beberapa tenaga kependidikan lain juga berharap adanya laman fasilitas pembelajaran untuk peserta didik.
“Diharapkan dinas memfasilitasi web/blog untuk menunjang pembelajaran baik untuk Guru atau siswa,” ujar Muhamad Agus Muakhir dari SMP Maarif NU 1 Purwokerto (Sunarto-29042020)